Suara cak-cuk renyah terdengar di Halaman Plaza Ndoyo sore ini, diselingi dentuman cello atau bass kebo biasanya orang menyebutnya, menambah gayengnya Parade Keroncongers Nasional yang sore ini digelar di serangkaian Festival Plasa Ndoyo dan Launching CEO 2025, Sabtu (7/12). Dalam ajang ini penggemar dan pemain serta pemerhati musik keroncong se-Indonesia berkumpul untuk kemudian berparade bersama.
Diikuti oleh 24 Orkes Keroncong yang berasal dari berbagai daerah, tidak hanya dari karesidenan Madiun saja, ada yang dari Jakarta,Tuluangung, Yogjakarta, Trenggalek Pasuruan Surabaya dan Sidoarjo, parade ini digelar. Dengan pemain yang ternyata tidak hanya didominasi orang tua saja, melainkan generasi muda dan bahkan anak-anak juga turut memainkan genre musik yang lebih dikenal sebagai aliran musik orangtua ini.
Gus Nur, selaku ketua panitia kegiatan ini dalam sambutannya menyatakan, “Kegiatan ini mempunyai misi untuk melestarikan dan mengembangkan musik keroncong. Parade keroncong nasional ini merupakan wadah untuk mempertahankan dan mengembangkan musik keroncong dalam bingkai kebudayaan modern tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisionalnya.“ terangnya.
“Menjadi ruang kebanggaan terhadap budaya lokal didalam memperkuat identitas budaya melalui penampilan musik keroncong yang mengangkat nilai-nilai kearifan lokal, dan juga untuk memperkenalkan kekayaan budaya kepada masyarakat luas khususnya generasi muda, hal ini dimaksud untuk membangun rasa bangga kita terhadap budaya lokal di tengah derasnya pengaruh budaya asing.” ungkap Gus Nur.
Lebih lanjut Gus Nur menambahkan “Dalam parade ini ada edukasi interaktif sehingga diharapkan masyarakat dapat lebih mengenal keindahan musik keroncong dan memahami kontribusinya terhadap kebudayaan nasional, selai itu untuk mendorong kolaborasi antar pelaku semi keroncong. Event ini juga menjadi ruang kolaboratif yang mempertemukan berbagai komunitas seniman dan musisi Keroncong dari seluruh Indonesia,” tambahnya.
Dikesempatan yang sama, penjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Magetan diwakili oleh Staff Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia, Jaka Risdiyanto menyatakan “Keroncong ini adalah budaya asli Indonesia, meskipun ada akulturasi budaya dari Portugis, tetapi hanya di Indonesia keroncong demikian berkembang, sampai bisa berjenis-jenis, hal ini yang ini perlu kita kembangkan, kalau bisa diusulkan menjadi warisan budaya nasional Indonesia ke UNESCO, jangan sampai ini nanti diakui oleh negara lain , keroncong sebagai identitas nasional harus kita pertahankan” pungkasnya.(Diskominfo / fa2 / IKP1)